Sub Menu

Sebelum tahun 2022, CV XYZ menjalankan kegiatan operasionalnya secara manual dengan bantuan software yang minim. Hal ini didasarkan kepada cara kerja konvensional yang dianut oleh direktur utama perusahaan, dimana hal yang diutamakan adalah kelancaran bisnis dari segi penjualan (penerimaan pesanan). Anggapannya, selama perusahaannya secara konstan menerima pesanan, sekalipun pencatatannya dilakukan secara manual, maka operasional perusahaan dianggap berjalan lancar. Inovasi kemudian diprakarsai oleh direktur 2 CV XYZ yang menginisiasikan ide penerapan ERP di dalam perusahaannya. Perusahaan kemudian memutuskan untuk menerapkan ERP-nya secara custom development dengan menggandeng pihak ketiga (outsource) untuk membangun program tersebut. Namun pada perwujudannya, pengembangan ERP tersebut tidak sepenuhnya mengacu kepada proposal penawaran. Terjadi inkonsistensi pengembangan modul, dimana ada hal yang tercakup dalam penawaran, namun tidak diwujudkan dalam ERP, serta sebaliknya. CV XYZ kemudian menilai hal tersebut sebagai ancaman terhadap keberlangsungan, kelancaran, dan ketuntasan proyek pengembangan ERP ini. Diluar tidak selarasnya perwujudan proyek sesuai penawaran, penggunaan program dalam operasional perusahaan juga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Melalui dua alasan utama tersebut, maka perusahaan memutuskan untuk mengadakan kegiatan evaluasi terhadap ERP yang dimilikinya. Tanda tanya besar yang sedang terdapat di perusahaan adalah apakah keputusan untuk mengembangkan ERP di awal adalah keputusan yang bijak untuk diambil. Alternatif yang kemudian dapat dipilih oleh perusahaan mengerucut kepada dua kemungkinan: melanjutkan, atau mengakhiri kontrak kerjasama tersebut. Pertimbangan kedua alternatif keputusan tersebut kemudian hendak diambil dengan melibatkan sebuah kegiatan evaluasi dan analisis yang coba disumbangkan melalui penelitian ini.